Untuk memenuhi tugas mata kuliah fisiologi hewan
Dosen Pembimbing : Moh. Sufyanto, S.Pd
Disusun
oleh:
Kelompok
I:
Agus
Riyadi
Afifah
FAKULTAS
PENDIDIKAN
PRODI BIOLOGI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI)
AL-KHAIRAT
PAMEKASAN
2012
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, Alhamdulillahirobbilalamin berkat limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sistem Pencernaan” dapat terwujud sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan.
Dalam
penggarapan makalah ini, penyusun tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan
dari semua pihak, tidak
mungkin makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
- Moh. Sufyanto, S.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, baik yang bersifat teori maupun praktik.
- Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan
Atas
segala bantuannya baik secara
moral, material, maupun spiritual penyusun mengucapkan terima kasih.
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun
menyadari kesalahan, kelemahan,
bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat
diharapkan agar dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan makalah periode berikutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas
bantuan dari semua pihak
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Pamekasan, 08 Nofember 2012
Penyusun
Daftar isi
Halaman
judul…………………………….........………………………………………………...i
Kata
pengantar…………………………………...........………………………………………...ii
Daftar
isi………………………………………………….......………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah………………………........................……………………1
B.
Rumusan masalah……………………………………………..............…………..1
C.
Tujuan………………………………………………………………….....…….....1
D.
Batasan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Pencernaan Pada Manusia…..………………………………......................2
B.
Sistem Penceernaan Pada Hewan ...........................................................................9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan………………………………………………........………………....13
B.
Saran……………………………………………………....…………………..…13
Daftar
ustaka……………………………………………………………………………...........14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Struktur alat pencernaan
berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya
tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara
fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah
memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
Oleh sebab itu di dalam makalah ini
kami akan berusaha untuk menjelaskan secara detail tentang sistem pencernaan
hewan secara umum, insya Allah.
Namun sebelum kami kami membahas
tentang sistem pencernaan pada kedua hewan tersebut, kami akan bahas terlebih
dahulu tentang sistem pencernaan pada manusia berikut organ-organ percernaan besrserta
fungsinya.
B.
Rumusan Masalah
Dalam
penyusunan makalah kami membuat dua rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Sistem Pencernaan pada Manusia.
2. Sistem Pencernaan pada Hewan .
C. Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Menjelaskan
Secara detail Tentang SistemPencernaan pada manusia.
2. Menjelaskan
Secara Detail Tentang Sistem Pencernaan pada Hewan.
D.
Mamfaat
Manfaat
dari penyusunan makalah ini ialah:
1. Memahami
Sistem Pencernaan pada Manusia.
2. Memahami
Sistem Pencernaan pada Hewan.
E.
Batasan masalah
Dalam
penyusunan makalah ini kami hanya membahas
1. Sistem
Pencernaan pada Manusia.
2. Sistem
Pencernaan pada Hewan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sistem
Pencernaan Pada Manusia
Proses
pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar
pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan
sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh.
Berdasarkan
prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti
berikut.
1. Proses
mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang
terjadi di lambung.
2. Proses
kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang ber- molekul besar menjadi molekul yang berukuran
kecil.
Makanan
mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses
pengeluaran sisa-sisa makanan hasi pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan
meliputi hal-hal berikut.
1. Ingesti: pemasukan makanan
ke dalam tubuh melalui mulut.
2. Mastikasi: proses mengunyah
makanan oleh gigi.
3. Deglutisi: proses menelan
makanan di kerongkongan.
4.
Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan
enzim, terdapat di lambung.
5. Absorpsi: proses
penyerapan, terjadi di usus halus.
6.
Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui
anus.
Saat
melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan serangkaian alat-alat
pencernaan sebagai berikut.
1.
Mulut
Makanan
pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna
secara mekanis dan kimiawi. Di dalam mulut seperti terdapat beberapa alat yang
berperan dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah
(glandula salivales).
a. Gigi
Pada manusia,
gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu memecah
makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat.
Selama pertumbuhan dan perkembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai
dari gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi dimulai saat
usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu (dens lakteus). Pada anak
berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut.
1) Gigi seri (dens insisivus),
berjumlah 8 buah, berfungsi memotong makanan.
2) Gigi taring (dens caninus),
berjumlah 4 buah, berfungsi merobek makanan.
3) Gigi
geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi mengunyah makanan.
Struktur luar gigi terdiri atas
bagian-bagian berikut.
1) Mahkota gigi (corona)
merupakan bagian yang tampak dari luar.
2) Akar gigi (radix) merupakan
bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.
3) Leher gigi (colum)
merupakan bagian yang terlindung oleh gusi.
Adapun penampang gigi dapat
diperlihatkan bagian- bagiannya sebagai berikut.
1) Email
(glazur atau enamel) merupakan bagian terluar gigi. Email merupakan struktur
terkeras dari tubuh, mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
2) Tulang
gigi (dentin), berada di sebelah dalam email, tersusun atas zat dentin.
3) Sumsum
gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling dalam. Di pulpa terdapat kapiler,
arteri, ena, dan saraf.
4) Semen merupakan pelapis
bagian dentin yang masuk ke rahang.
b. Lidah
Lidah dalam
sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan makanan,
mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat berfungsi
sebagai alat perasa makanan karena mengandung banyak reseptor pengecap atau
perasa. Lidah tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan
epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir (mukosa).
c. Kelenjar ludah
Terdapat
tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis,
glandula submaksilaris, dan glandula sublingualis atau glandula
submandibularis. Agar Anda mengenali
letak ketiga kelenjar ludah tersebut.
Air ludah
berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang terjadi
di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah
ber- peran secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi
lembek agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase.
Enzim ini menguraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan
maltosa). Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam
mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan
selanjutnya.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan
merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus dari mulut
menuju ke lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk
menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus
bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung.
Bergeraknya
bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak
peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak peristaltik dapat terjadi
karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun
secara memanjang dan melingkar.
Proses gerak
bolus di dalam kerongkongan menuju lambung Sebelum seseorang mulai makan,
bagian belakang mulut (atas) terbuka sebagai jalannya udara dari hidung. Di
kerongkongan, epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk ke
paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk ke dalam kerongkongan.
Sewaktu makanan bergerak menuju kerongkongan, langit-langit lunak beserta
jaringan mirip gelambir di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan
menutup saluran hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah tutup
trakea, epiglotis akan menutup sehingga makanan tidak masuk ke trakea dan
paru-paru tetapi makanan tetap masuk ke kerongkongan.
3.
Lambung
Lambung
merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah
sekat rongga badan.
Lambung terdiri atas tiga bagian
sebagai berikut.
a. Bagian
atas disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
b. Bagian
tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
c. Bagian
bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus. Daerah perbatasan
antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang secara
refleks akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus
terdapat otot yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat
berkontraksi seperti halnya otot-otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini
berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan mencampur bolus-bolus
tersebut menjadi kimus (chyme).
Sementara
itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini dihasilkan
oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan
bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi
dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera.
Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke
lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar
terdiri atas air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
Asam lambung
memiliki beberapa fungsi berikut.
a.
Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya
pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus
menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
b.
Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c.
Mengubah kelarutan garam mineral.
d.
Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut
masuk ke lambung bersama bolus.
e.
Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari.
f.
Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin
dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu dari air
susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul- olekul
peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu sfinkter
pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini berkontraksi, maka kimus
didorong masuk ke usus halus sedikit demi sedikit.
4.
Usus halus
Usus halus
merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25 mm
dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini
berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses
penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh
lipatan terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi
tiga bagian seperti berikut.
a. duodenum (usus 12 jari),
panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong),
panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan),
panjangnya ± 1 m.
Kimus yang
berasal dari lambung mengandung molekul-molekul pati yang telah dicernakan di
mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung,
molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di usus
halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul
glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul
asam amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul gliserol dan asam
lemak.
Pencernaan
makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai
macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati,
pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu
menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus
halus. Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu,
getah pankreas, dan getah usus.
a. Cairan
Empedu Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan tidak
mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang berperan
dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan berikut.
1) Air, berguna sebagai
pelarut utama.
2) Mucin,
berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada
dinding usus.
3) Garam
empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat alkali.
Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air
(mengemulsikan lemak). Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar
pencernaan terbesar dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan,
hati berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari
darah dan penyerapan unsur besi dari darah yang telah rusak. Selain itu, hati
juga berfungsi membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat,
pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke peredaran darah serta
pengaturan suhu tubuh.
Empedu
mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses
pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum lemak
dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu. Selain itu,
cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan
aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.
5. Getah Pankreas
Getah
pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai
kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan
dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini
dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-pulau yang disebut pulau-pulau
langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal
danmencegah diabetes melitus.
Getah
pankreas ini dari pankreas mengalir melaluisaluran pankreas masuk ke usus
halus. Dalam pankreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu
dalam pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase
membantu dalam pemecahan pati.
6. Getah Usus
Pada dinding
usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan getah usus. Getah
usus mengandung enzim-enzim seperti berikut.
1)
Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa.
2)
Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua
molekul glukosa.
3)
Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa.
4) Enzim
peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida menjadi asam
amino.
Monosakarida,
asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di usus halus
mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan
vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus.
Penyerapan
mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral dan
perbedaan struktur bagian-bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien
dalam penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl–, HCO3–, dan ion-ion bivalen. Ion
K+ penyerapannya terbatas di jejunum.
Penyerapan
Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum. Proses penyerapan di usus halus ini
dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh
darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan glukosa
diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta
hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu
membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke dalam villi.
Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat
gliserin dan membentuk lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah
villi, yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
Melalui
pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu masuk ke dalam darah
menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat diserap
di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon).
7.
Usus besar
Usus besar
atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon
transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan
intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum
terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa
sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa
di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik.
Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan
oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding
kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1
sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa
dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan
B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit
demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar
dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi
diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang
yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi
rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di
dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.
B. Sistem
Pencernaan Pada Hewan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis
hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut
serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya
masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan
pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang
dilakukan secara ekstrasel.
1.
Sistem
Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan
secara intrasel, seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Pencernaan
dilakukan dalam alat khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga
gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing parasit seperti pada cacing pita, alat
pencernaannya belum sempurna dan tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan
dilakukan dengan cara absorbs langsung melalui kulit.
a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik
yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi
molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan
makanan dikeluarkan melalui anus.
b. Sistem Pencernaan Pada Serangga Sebagaimana pada cacing
tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah sempurna, mulai
dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan pada serangga
dilakukan secara ekstrasel.
2. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata
Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran
pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria)
a.
Sistem
Pencernaan Pada Ikan
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut
(cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk
kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah
(enzim).
Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring
yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat
di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari
kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar,
tidak jelas batasnya dengan usus.
Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas
bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa
panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas.
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan,
terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak
tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke
arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat,
berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara
pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke
usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim –
enzim pencernaan dan hormon insulin.
b.
Sistem
Pencernaan Pada Amfibi
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan
ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi
adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk
memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
2. esofagus; berupa saluran pendek,
3. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi
makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat
masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
4. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan
usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum
jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan
makanan, saluran reproduksi, dan urine. Kelenjar pencernaan pada amfibi,
terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas
lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan
empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. pankreas
berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
c. Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan
pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya
karnivora (pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil
meliputi:
1) rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang
atas dan bawah, asing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut,
gigimenempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga
mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang
dua,
2) esofagus (kerongkongan),
3) ventrikulus(lambung),
4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang
bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung
empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan
berwarna kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas
berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.
c.
Sistem
Pencernaan Pada Burung
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan
kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1) paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2) rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan
penghubung antara rongga mulut dan tanduk,
3) faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung
terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat
penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
4) lambung terdiri atas: Proventrikulus (lambung kelenjar):
banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus
(lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan
biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang
berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
6) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang
bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
e. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi,
kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan
makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak
mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem
pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia,
tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar,
berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada
hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian,
yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan
abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums
7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter
berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan
ruminansia.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak
mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa.
Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci,
dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali,
yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali,
yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa
tertentu. Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan
bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino.
Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat
dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Proses
pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya
merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah
bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh.
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis
hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut
serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya
masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan
pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang
dilakukan secara ekstrasel.
B. Saran
Bagi
siapapun yang sempat membaca makalah ini dan menemukan sesuatu yang kurang
benar mohon untuk diperbaiki.
0 komentar:
Posting Komentar