Taksonomi Vertebrata
Keanekaragaman organisme sangat
besar. Jumlah spesies hewan yang telah dikenal baik oleh manusia tidak kurang
dari 1 juta. Tiap spesies menunjukkan variasi yang cukup besar, sehingga secara
keseluruhan dunia kehidupan itu memperlihatkan keanekaragaman yang begitu
besar. Untuk mempermudah mempelajarinya perlu diciptakan cara yang tepat yaitu
klasifikasi. Dari klasifikasi timbullah kelompok-kelompok hewan yang secara
umum disebut takson. Karena jumlah takson cukup besar, masing-masing perlu
diberi nama untuk mengenal dan membedakannya dari takson yang lain. Kedudukan
takson-takson itu berjenjang dan cakupannya ada yang luas, dan ada yang sempit.
Dari kata takson kemudian timbul istilah taksonomi yang diartikan sebagai teori
dan praktik klasifikasi. Selain taksonomi, juga dikenal istilah sistematika
yang berarti kajian tentang keanekargaman organisme. Selain istilah klasifikasi
juga dikenal istilah identifikasi. Perbedaannya ialah klasifikasi didasarkan
atas pemikiran induktif, sementara identifikasi didasarkan atas pemikiran
deduktif.
1.
Teori Klasifikasi
Pelaksanaan kegiatan klasifikasi
perlu mengacu pada teori-teori klasifikasi yang berjumlah 5 buah. Masing-masing
teori dapat berdiri sendiri-sendiri dapat pula bergabung bersama-sama. Kegiatan
klasifikasi berdasarkan atas penalaran induktif. Kelima teori itu adalah:
essensialisme, nominalisme, empirisme, cladisme, dan klasifikasi evolusioner.
Tujuan
klasifikasi adalah untuk menciptakan suatu sistem yang dapat dipercaya dan
mudah dipakai untuk mengatasi keanekaragaman organisme yang membingungkan.
Sebagai teori, klasifikasi memiliki nilai penjelasan, nilai prediksi yang
tinggi, memiliki nilai heuristik yang kuat, dan bersifat provisional.
Klasifikasi
biologis terdiri atas penyusunan organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok
yang mirip dan berasal dari sumber yang sama. Kemiripan yang digunakan untuk
pengelompokan itu disebut ciri-ciri taksonomi. Jadi ciri taksonomi adalah suatu
tanda atau atribut suatu takson yang membedakannya dari takson yang lain.
Ciri-ciri perbedaan antara individu dalam suatu populasi, misalnya umur, jenis
kelamin, bukan ciri-ciri taksonomi. Ciri-ciri taksonomi memiliki fungsi ganda,
yaitu merupakan kekhususan suatu takson dan merupakan indikator hubungan
kekerabatan. Secara keseluruhan, ciri-ciri taksonomi dapat dikelompokkan dan
dikaji berdasarkan 5 kelompok besar: morfologi, fisiologi, biokimiawi, ekologi
dan geografi.
2.
Prosedur Pelaksanaan Klasifikasi
Spesies
dipandang sebagai unit dasar klasifikasi. Makna spesies bermacam-macam, mulai
dari yang sederhana sampai yang filosofis. Makna kata spesies adalah sesuatu
yang asli. Menurut John Ray, spesies merupakan sekelompok individu yang
mempunyai moyang sama, sedangkan menurut Linnaeus spesies adalah sekelompok
organisme yang memperlihatkan tipe ideal.
Dalam
perkembangan selanjutnya pengertian spesies dirumuskan dalam konsep-konsep.
Kita mengenal 4 konsep spesies: konsep spesies tipologis, konsep spesies
nominalistik, konsep spesies biologis, dan konsep spesies evolusioner. Selain
konsep-konsep spesies, juga dikenal istilah-istilah: spesies sibling, spesies
sympatric, spesies allopatric, spesies polytypus, spesies monotypus.
Spesies
menduduki tempat yang paling strategis di dalam hierarkhi klasifikasi.
Kedudukan itu disebut kategori. Beberapa spesies yang serupa dikelompokkan ke
dalam genus, dan beberapa genus yang serupa dikelompokkan dalam familia.
Demikian selanjutnya sampai terbentuk kelompok yang paling besar yaitu Regnum.
Dalam klasifikasi dikenal 21 kategori. Namun
demikian jumlah kategori yang umum digunakan dalam klasifikasi hanya 7, bahkan
7 kategori itu dapat diringkas menjadi 3 kategori: kategori spesies, kategori
subspesies dan kategori di atas spesies. Di dalam membahas spesies perlu
dikenal adanya sistem tipus, yaitu suatu sistem yang digunakan dalam penentuan
nama-nama takson. Tipus adalah suatu spesimen yang digunakan sebagai standar
dalam penentuan nama suatu spesies hewan. Jadi tipus suatu spesies adalah suatu
spesimen tertentu, tipus suatu genus adalah spesies tertentu dalam genus itu.
Dalam sistem
tipus itu dikenal 9 macam tipus: Holotipus, Paratipus, Allotipus, Sintipus,
Neotipus, Topotipus, Metatipus, Homotipus dan Genotipus. Sistem tipus dapat
digunakan secara luas, tetapi untuk kategori-kategori di atas spesies, tipus
itu tidak berupa suatu spesimen. Tipus suatu genus berupa suatu spesies
tertentu, tipus untuk familia adalah suatu genus dari familia itu, demikian
selanjutnya.
3.
DASAR-DASAR DAN PENERAPAN
a.
Gambaran Umum Tatanama Hewan
Pada
hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar zoologi,
sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan apa yang
dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap nama-nama
daripada hewannya sendiri.
Sebenarnya nama-nama hewan telah diberikan
sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih kedaerahan,
sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu tempat
dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis. Dalam perkembangannya
manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif, yaitu nama-nama yang
didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki hewan-hewan yang
dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis. Itulah sebabnya
kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan lebih praktis.
Sistem
binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua kata, sekaligus dua
nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua merupakan kata spesifik
atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan terhadap penggunaan
istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan istilah
binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial.
asal usulnya,
tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang hendak ditata dan
dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin takson-takson.
Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama Zoologi dengan segala
perangkatnya.
b.
Ketentuan dalam Pemberian
Nama-nama Takson
Kegiatan
belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di bawah
spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam sistem
binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas
spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia
berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan
dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di belakang
nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa digarisbawahi
atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama pencipta itu berada
dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah diubah, dan untuk
menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di belakang nama
spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi memiliki 2 nama,
maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama diberikan pada 2
kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim. Hibrid tidak diberi
nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.
c.
Chordata Rendah
Chordata
memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain. Chordata
dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota Chordata
rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda dorsalis
sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda, ada
kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang hanya
di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh. Atas dasar 3
(tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang syaraf dan
celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga) Subphylum:
Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata.
d.
Kelas Agnatha dan Kelas
Chondrichthyes (Super Kelas Pisces)
Kegiatan
belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang termasuk kelas
Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan Petromyzontiformes. Kedua
kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan, terutama berkaitan dengan mulut,
sirip dan celah insang.
Disamping
kelas Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu
ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan
ini bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas
ini mencakup 2 subkelas: Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes
dan ordo Rajiforms, serta subkelas Holocephali. Ordo Squaliformes mencakup
semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari.
Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal:
letak celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya. Subkelas
Holocephali mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak
mirip dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah
celah insang.
e.
Osteichthyes (Superkelas Pisces)
Osteichthyes
mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan tulang sejati. Ada
kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat penting artinya
dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok yang lain
berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini. Ikan-ikan
yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah ordo
Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern masa
sekarang adalah Actinopterygii.
f.
Kelas Ampbhibia
Amfibi adalah
kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat peralihan dari
kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat kehidupan ini
menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola yang sesuai,
sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri kelompok
yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam, juga terjadi
perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di darat, misalnya
perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain.
Untuk
klasifikasi Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri. Dengan demikian
Amphibia dapat dibagi menjadi 4 ordo: Apoda, Trachystomata, Caudata dan Anura.
Apoda dan Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit,
sedangkan Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak.
Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh
yang ada di alam Indonesia.
g.
Reptilia
Reptilia adalah
kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan paru-paru
sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering,
kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami
modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit.
Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga mempunyai sisik
dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan kulit terjadi
sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus.
Reptil termasuk
Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula di antara
anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali.
Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi
terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal
atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-langit
sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil bergigi
kecuali kura-kura.
Perlekatan
gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont, thecodont. Pada anggota
Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting
untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan
ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang
kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan.
Reptil jantan
memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis.
Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada waktu menetas.
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya.
Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan
adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang
klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo:
Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.
h.
Kelas Aves
Setiap burung
tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik burung, yang
tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya bulu berfungsi
sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan filogenetik
dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisik-sisik
reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi untuk menjaga
suhu tubuh burung agar tetap tinggi.
Sebelum burung
benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya
menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini
dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung.
Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx
lithographica.
Berdasarkan
atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu Ratitae
yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang karena alat-alat terbangnya tidak
memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu
terbang, bahkan ada yang sangat pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing
kelompok itu dibagi-bagi menjadi ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30.
Masing-masing ordo diuraikan ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.
i.
Kelas Mamalia
Nama Mamalia
berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mammae.
Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu tubuh mamalia relatif
tetap dan keadaan ini disebut homoioterm.
Di dalam kulit
mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar
minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau
dan kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont,
thecodont, dan diphyodont.
Dipandang dari
cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan
unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari
rongga perut.
Dipandang dari
aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum, ada
mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan bagi kehidupan
manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000
dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.
Sumber buku Taksonomi Vertebrata Karya Soesilo
Sumber buku Taksonomi Vertebrata Karya Soesilo
0 komentar:
Posting Komentar