Jumat, 25 Januari 2013

Sisi Lain Dari Kehidupan Kumbang

Kumbang Tinja Pakai Bimasakti sebagai Kompas
 
Emily Baird Kumbang tinja memanfaatkan galaksi Bimasakti sebagai petunjuk arah.


Kumbang tinja yang memiliki otak kecil ternyata cukup cerdas. Kumbang ini memanfaatkan galaksi Bimasakti sebagai kompas atau petunjuk arah.

Ilmuwan mengungkapkan, mata spesies ini memang terlalu lemah untuk membedakan rasi bintang. Namun, mata kumbang kotoran yang sederhana masih mampu membedakan gelap dan terang akibat Bimasakti. Fauna ini memastikan agar dirinya tetap bergerak ke depan, tidak membalik.

"Kumbang kotoran ini tak peduli ke arah mana mereka pergi, mereka hanya perlu pergi dari kerumunan kompetitor di kotoran sumber makanan," kata Profesor Marcus Byrne dari Wits University yang melakukan penelitian.

Byrne mengetahui kehebatan kumbang tinja ini setelah melakukan eksperimen dengan kumbang tinja di Planetarium Wits, menggunakan simulasi langit malam dengan benda langitnya.

"Kami duduk di Vryburg dan menyadari bahwa Bimasakti adalah sumber cahaya yang sangat bagus. Kami berpikir, kumbang itu pasti bisa menggunakannya sebagai pembimbing arah," ungkap Byrne seperti dikutip Science Daily, Kamis (24/1/2013).

Byrne mengungkapkan, tak semua sumber cahaya bisa dimanfaatkan kumbang tinja. Benda langit dimanfaatkan karena posisinya yang relatif tak berubah dari sudut pandang kumbang, membantunya bergerak lurus.

Menurut Byrne, kumbang tinja memiliki prioritas dalam menggunakan sumber cahaya sebagai kompas. Jika Bulan dan Bimasakti tampak, maka kumbang akan memilih salah satu yang terbaik.

Byrne dan timnya sebelumnya telah membuktikan bahwa kumbang tinja bisa memanfaatkan Matahari, Bulan, dan cahaya yang terpolarisasi untuk pembimbing arah. Sebelum bergerak, kumbang melihat ke langit dan sedikit berputar sebelum bergerak untuk menentukan arah. Kumbang tinja adalah spesies pertama yang mampu memanfaatkan galaksi sebagai kompas. 


Kumbang Kaki Ramping Ditemukan 
 
Rolf Aalbu, California Academy of Science Eleodes wynnei


Spesies baru kumbang ditemukan di sebuah gua terpecil wilayah Arizona. Kumbang itu memiliki keunikan karena antenanya yang panjang dan kakinya yang ramping berhias bulu.

Jut Wynne dari Northern Arizona University ialah ilmuwan di belakang penemuan spesies kumbang yang dinamai Eleodes wynnei tersebut.

Eleodes wynnei bukan spesies pertama yang ditemukan Wynne. Sebelumnya, ia telah terlibat penemuan 3 genus arthropoda, 20 spesies baru arthropoda di wilayah Grand Canyon, 5 spesies baru di Rapa Nui National Park di Easter Island dan 4 spesies baru di El Malpais National Monument di barat New Mexico.

Menurut Wynne, penemuan kumbang spesies baru ini menjadi tanda bahwa lingkungan gua pun beragam.

"Gua adalah salah satu habitat yang paling sensitif di planet kita. Pada saat yang sama, karena lokasinya yang di bawah tanah, ekosistem ini seringkali diabaikan dari sudut pandang manajemen sumber daya," kata Wynne seperti dikutip Livescience, Jumat (27/7/2012).



Kumbang Kemilau Bagai Berlapis Glitter
 
Andrew Short Kumbang Glitter (Oocylcus trio)


Proyek Conservation International Rapid Assesment Program berhasil menemukan 46 spesies baru di hutan wilayah Suriname. Salah satu spesies baru eksotik yang ditemukan adalah kumbang air yang berkilau bagai berlapis glitter.
Nama spesies kumbang air yang ditemukan adalah Oocylcus trio. Warna tubuh kumbang itu dominan hijau kemilau. Tubuh juga dihiasi spot-spot berwarna biru laut, kuning serta aksen keemasan.

Kumbang yang ditemukan merupakan salah satu anggota genus  Oocylcus yang berhabitat di batuan basah dan wilayah dekat air terjun. Bagian kaki kumbang tersebut memiliki struktur rambut spiky yang tampak bagai duri.

Spesies baru tersebut ditemukan dalam ekspedisi bulan Agustus - September 2010 di wilayah Sungai Sipaliwini dan Kutari di Suriname. Selain spesies ini, spesies lain yang ditemukan adalah katak koboi dan lele berduri.

Selain penemuan spesies baru dan pemantauan kondisi habitat, proyek Conservation International juga dilakukan dalam upaya kerjasama dengan masyarakat adat setempat. Tujuannya adalah memberdayakan masyarakat adat lewat ekoturisme sekaligus mengajak masyarakat mendukung proyek konservasi.

 
Kumbang Menari Setelah Mendapat Makanan
 
Emily Baird Kumbang Kotoran.
Jenis kumbang kotoran punya perilaku unik. Setelah mengambil beberapa substansi penting dalam kotoran hewan, mereka melakukan sedikit tarian sebelum akhirnya terbang.

Namun, jangan dibayangkan bahwa tarian dilakukan untuk merayakan perolehan makanan. Dilaporkan dalam jurnal PLoS ONE, kumbang kotoran menari agar secepatnya bisa melarikan diri.

Emily Baird, peneliti dari Lund University di Swedia yang melakukan riset kumbang ini, mengatakan, kumbang harus langsung pergi agar hasil buruannya tak diambil kumbang lain.

"Dan ini dalam lintasan lurus," kata Baird yang meneliti perilaku kumbang kotoran di Afrika Selatan, seperti dikutip New York Times, Senin (23/1/2012).

Baird mengungkapkan bahwa tarian dan putaran yang dilakukan kumbang bukanlah sekadar iseng. Si kumbang seolah tengah membaca arah berdasarkan "data" di langit.

"Sepertinya mereka melihat isyarat atau citra Matahari di langit," ujar Baird.

Kumbang punya empat mata. Jadi, ketika mereka berputar, mata akan terus mengawasi langit untuk membantu menentukan arah.

Baird akan melanjutkan penelitiannya untuk mengetahui isyarat apakah yang dibaca kumbang untuk menentukan arah.

"Bisa saja bahwa pada waktu berbeda di satu hari, hal yang berbeda yang dilihat. Mungkin saja pola polarisasi cahaya di langit saat pagi hari dan posisi Matahari pada siang hari," tutur Baird. 


Kumbang Bisa Tentukan Jenis Kelamin Keturunannya
 
Livescience Kumbang 
 
Kumbang punya kemampuan yang tak dimiliki manusia. Mereka mampu menentukan jenis kelamin keturunannya. Hal itu terungkap dari hasil studi David Hosken, ilmuwan dari University of Exeter, Inggris.

Induk kumbang menentukan jenis kelamin berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Jika induk kumbang punya karakter feminin, maka mereka akan cenderung menghasilkan keturunan betina, dan sebaliknya.

Ciri-ciri maskulin dan feminin ditentukan dari bagian rahang yang disebut mandibula. Jika rahang memiliki ukuran besar, maka dikatakan bahwa induk kumbang memiliki karakter maskulin, dan sebaliknya.

Untuk mendapatkan hasil ini, peneliti menghitung jumlah anakan yang dihasilkan oleh sekelompok kumbang dan menganalisis rasio jenis kelaminnya. Untuk kumbang yang membawa karakter maskulin, ada 57 jantan di setiap 43 betina.

Penentuan jenis kelamin ini dilakukan untuk memastikan agar keturunan memiliki sifat terbaik untuk mendukung kehidupannya. Peneliti mengungkapkan bahwa rahang sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup kumbang.

Seperti diberitakan Livescience, Senin (16/1/2012), diungkapkan bahwa bagi jantan, rahang besar membantu. Pejantan bisa berkelahi yang memberikan gigitan lebih kuat jika punya rahang besar.

Sebaliknya, rahang besar bagi betina justru mengganggu, mengurangi ruang dalam tubuh. Betina justru tak bisa menampung telur sebanyak mungkin, memperkecil peluang kesintasan keturunannya.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Ecology Letters yang terbit pada bulan ini. 


Sumber : LiveScience, New York Times, National Geographic News, dan Science Daily


0 komentar:

 photo BUNDA_zps627e96e9.jpg